Bismillaahirrahmaanirrahiim...
Sore itu, kampus Kami terlihat lengang. Padahal, siangnya, kampus dipadati oleh Maba (Mahasiswa Baru) lulusan SNMPTN yang melakukan registrasi. Sementara Maba yang lain (baca: Mahasiswa Basi) tak kalah ramenya berlomba-lomba untuk membantu Adek-adek yang kebingungan memasuki dunia barunya, perkuliahan. Stand-stand Wafo (Warung Informasi) baru saja ditutup. Seluruh mahasiswa pun bergegas pulang karena hari sudah mulai gelap. Dari kejauhan, tampak dua orang akhwat berjalan di bawah selimut senja.
Ukhti, ada nggak ya ikhwan yang haroki, militan, tapi juga humoris, dan romantis? akhwat A membuka pembicaraan.
Sejenak, akhwat B menghentikan langkahnya, menatap wajah si A, kemudian tersenyum, manis sekali . Pasti ada lah ukh ,Banyak malah. Kenapa?
Nggak papa sih, cuma tanya aja , jawab akhwat A tersipu.
Hmm ane tau, tipe suami idaman ya? goda si B.
Ah, enggak. Kalo idaman mah nggak usah yang nanggung-naggung ukh. Sekalian aja yang sholih, cakep, kaya, hafidz Qur an, mandiri, bertanggung jawab, sabar, pengertian, dan wah gak habis-habis deh, ukh. Yang namanya idaman pasti yang perfect. Dan kalo cari yang perfect, ntar malah gak nikah-nikah donk. Keduanya tersenyum, sama-sama manis
Untuk beberapa saat, suasana hening. Keduanya diam. Tapi hati mereka tetap berdenting. Ada perbincangan di sana. Masing-masing bicara dengan batinnya. Sibuk dengan pikirannya.
Ukhti, pernah kebayang nggak, gimana kalo suami kita ternyata orang yang ammaaaah banget. Atau belum ngaji tapi dia hanif. Atau ¦sudah paham, tapi beda fikroh. Akhwat B angkat suara, memecah kesunyian.
Umm..ya pernah sie. Sekalian anstisipasi-lah. Langkah-langkah apa yang tepat kalo ternyata jodoh kita salah satu dari yang Anti sebutkan tadi. MOU-nya harus ditegaskan. Keduanya masih berjalan menyusuri pohon-pohon rindang sepanjang jalan-jalan kampus.
Pasti akan timbul perbedaan ya, ukh
Ya iyya laah, pasti. Jangankan yang beda fikroh, yang sefikroh aja sering beda pendapat. Misalnya pasangan ikhwah yang background amanahnya beda. Si ikhwan di dakwah sekolah, akhwatnya di dakwah kampus. Atau akhwat di da awi, dan ikhwannya di siyasi. Sikap dan cara berpikirnya kadang gak sama. Tapi itu mah biasa
Kalo Anti pengen yang gimana ukh? lagi-lagi Akhwat B yang nanya.
Ane, siapa aja deh. Yang penting sholih dan mensholihkan.
Tapi, mencantumkan kriteria boleh kan?
Ya boleh lah ¦Masak kita mau menikah sama orang yang gak jelas agamanya dan asal-usulnya.
Lagi-lagi diam.
Tapi, menurut ane ¦ lanjut akhwat A kalo nyantumin kriteria, sama dengan menaruh harapan. Dan kalo sudah berharap, tapi kemudian gak sesuai dengan yang diharapkan, maka yang ada hanya kecewa. Kalo ane sendiri, gak berani berharap. Ane gak mau pusing mikirin kriteria. Ane yakin seyakin-yakinnya Alloh pasti memberikan yang terbaik. Terbaik menurutNya, bukan menurut kita! Alloh gak mungkin salah. Akhwat A menutup kalimat panjangnya dengan tegas dan lugas.
Jadi ¦. Akhwat B menghentikan langkahnya, lalu menatap A lekat-lekat.
Jadi ¦? si A ikut berhenti dan balas menatap.
Menurut Anti?
Menurut ane ¦Yaa, terserah Alloh sajalah ¦ jawab si A enteng sambil melanjutkan perjalanan.
Akhwat B berusaha mengejar dan menyamai langkah si A, lalu berkata Berarti ¦bukan terserah Murobbi nieh? Keduanya pun tertawa.
NB: Buat ukhti Henik yang udah setia buka2 ni blog, Nie dah ane posting diskusinya. ˜afwan ane ambil seperlunya. Semoga bisa diambil hikmahnya ^_^.
Oh ya, buat kak Nia juga, Jazaakillah atas obrolan via telponnya. Makanya, ati2 kalo ngomong ma ida ^_^.
Dan, buat Mbak Armel yang ahad kemaren baru melangsungkan walimahannya. ™Afwan, ida gak bisa dateng, belum bisa pulang ke Balikpapan. Semoga Alloh selalu melimpahkan keberkahan di awal, di tengah, dan di penghujung bahtera rumah tangga Antuma. Barakallahu laka wabaraka ˜alaika wa jamma ™a baynakuma fii khoiri ¦aaaamiin!!
Hmm ¦ane kapan ya? Terserah Alloh sajalah ^___^
Sore itu, kampus Kami terlihat lengang. Padahal, siangnya, kampus dipadati oleh Maba (Mahasiswa Baru) lulusan SNMPTN yang melakukan registrasi. Sementara Maba yang lain (baca: Mahasiswa Basi) tak kalah ramenya berlomba-lomba untuk membantu Adek-adek yang kebingungan memasuki dunia barunya, perkuliahan. Stand-stand Wafo (Warung Informasi) baru saja ditutup. Seluruh mahasiswa pun bergegas pulang karena hari sudah mulai gelap. Dari kejauhan, tampak dua orang akhwat berjalan di bawah selimut senja.
Ukhti, ada nggak ya ikhwan yang haroki, militan, tapi juga humoris, dan romantis? akhwat A membuka pembicaraan.
Sejenak, akhwat B menghentikan langkahnya, menatap wajah si A, kemudian tersenyum, manis sekali . Pasti ada lah ukh ,Banyak malah. Kenapa?
Nggak papa sih, cuma tanya aja , jawab akhwat A tersipu.
Hmm ane tau, tipe suami idaman ya? goda si B.
Ah, enggak. Kalo idaman mah nggak usah yang nanggung-naggung ukh. Sekalian aja yang sholih, cakep, kaya, hafidz Qur an, mandiri, bertanggung jawab, sabar, pengertian, dan wah gak habis-habis deh, ukh. Yang namanya idaman pasti yang perfect. Dan kalo cari yang perfect, ntar malah gak nikah-nikah donk. Keduanya tersenyum, sama-sama manis
Untuk beberapa saat, suasana hening. Keduanya diam. Tapi hati mereka tetap berdenting. Ada perbincangan di sana. Masing-masing bicara dengan batinnya. Sibuk dengan pikirannya.
Ukhti, pernah kebayang nggak, gimana kalo suami kita ternyata orang yang ammaaaah banget. Atau belum ngaji tapi dia hanif. Atau ¦sudah paham, tapi beda fikroh. Akhwat B angkat suara, memecah kesunyian.
Umm..ya pernah sie. Sekalian anstisipasi-lah. Langkah-langkah apa yang tepat kalo ternyata jodoh kita salah satu dari yang Anti sebutkan tadi. MOU-nya harus ditegaskan. Keduanya masih berjalan menyusuri pohon-pohon rindang sepanjang jalan-jalan kampus.
Pasti akan timbul perbedaan ya, ukh
Ya iyya laah, pasti. Jangankan yang beda fikroh, yang sefikroh aja sering beda pendapat. Misalnya pasangan ikhwah yang background amanahnya beda. Si ikhwan di dakwah sekolah, akhwatnya di dakwah kampus. Atau akhwat di da awi, dan ikhwannya di siyasi. Sikap dan cara berpikirnya kadang gak sama. Tapi itu mah biasa
Kalo Anti pengen yang gimana ukh? lagi-lagi Akhwat B yang nanya.
Ane, siapa aja deh. Yang penting sholih dan mensholihkan.
Tapi, mencantumkan kriteria boleh kan?
Ya boleh lah ¦Masak kita mau menikah sama orang yang gak jelas agamanya dan asal-usulnya.
Lagi-lagi diam.
Tapi, menurut ane ¦ lanjut akhwat A kalo nyantumin kriteria, sama dengan menaruh harapan. Dan kalo sudah berharap, tapi kemudian gak sesuai dengan yang diharapkan, maka yang ada hanya kecewa. Kalo ane sendiri, gak berani berharap. Ane gak mau pusing mikirin kriteria. Ane yakin seyakin-yakinnya Alloh pasti memberikan yang terbaik. Terbaik menurutNya, bukan menurut kita! Alloh gak mungkin salah. Akhwat A menutup kalimat panjangnya dengan tegas dan lugas.
Jadi ¦. Akhwat B menghentikan langkahnya, lalu menatap A lekat-lekat.
Jadi ¦? si A ikut berhenti dan balas menatap.
Menurut Anti?
Menurut ane ¦Yaa, terserah Alloh sajalah ¦ jawab si A enteng sambil melanjutkan perjalanan.
Akhwat B berusaha mengejar dan menyamai langkah si A, lalu berkata Berarti ¦bukan terserah Murobbi nieh? Keduanya pun tertawa.
NB: Buat ukhti Henik yang udah setia buka2 ni blog, Nie dah ane posting diskusinya. ˜afwan ane ambil seperlunya. Semoga bisa diambil hikmahnya ^_^.
Oh ya, buat kak Nia juga, Jazaakillah atas obrolan via telponnya. Makanya, ati2 kalo ngomong ma ida ^_^.
Dan, buat Mbak Armel yang ahad kemaren baru melangsungkan walimahannya. ™Afwan, ida gak bisa dateng, belum bisa pulang ke Balikpapan. Semoga Alloh selalu melimpahkan keberkahan di awal, di tengah, dan di penghujung bahtera rumah tangga Antuma. Barakallahu laka wabaraka ˜alaika wa jamma ™a baynakuma fii khoiri ¦aaaamiin!!
Hmm ¦ane kapan ya? Terserah Alloh sajalah ^___^